“sebelum mati, minimal menulislah satu buku” ~ Budiman Hakim, Senior Copywriter
Menerbitkan buku adalah impian semua orang yang bisa menulis. “gimana sih, gue kepengen banget nih nulis buku?”.
Mungkin pertanyaan itu yang sering terlontar ke seseorang yang udah menerbitkan bukunya. Baik indie atau pun tersedia di toko buku.
Mungkin mereka menjawab, “ah, gampang banget, nulis gitu aja”. Tapi kita tetap penasaran, gimana sih proses buku itu bisa terbit. Ya, walau di awal motivasinya sekadar terbit aja dulu, royalti bisa belakangan. Iya? Hehe.
Menulis buku itu butuh nafas yang panjang. Nggak bisa sekali duduk langsung selesai. Tapi bukan berarti nggak bisa, iya kan?
Ketika kamu tau bagaimana menulis buku, dijamin bisa selesai deh satu naskah. Tapi karya tulisan yang menjadi buku itu, juga bagian dari akumulasi pengalaman menulis dan membacamu.
Mustahil kalau bikin buku tanpa punya kebiasaan membaca dan menulis. Semua berawal dari akumulasi kebiasaan kamu. Begitu kata James Clear.
Mungkin kamu juga udah belajar bagaimana menulis buku, bahkan menulis buku yang menjual. Tapi masih bingung, nggak percaya diri, males nulis, bahkan nggak tau buku apa yang akan ditulis.
Tenang…
Semua itu bisa teratasi kalau kamu tau penyebabnya. Sebentar lagi kamu akan mengetahuinya. Udah siap?
Gangguan Sebenarnya Bukan dari Luar
Kita terganggu saat menulis ada gangguan dari luar, entah ada yang nelpon, notifkasi socmed yang nggak berhenti-henti, atau dimintai tolong oleh orang lain.
Sejujurnya, gangguan itu bisa teratasi. Ada gangguan yang nggak mudah diatasi sebelum kamu menyadarinya. Yakni gangguan internal.
Tanpa kamu sadari sebenernya yang bikin menghambat kamu menulis buku adalah rasa tidak percaya diri, kekurangan kata, dorongan untuk mengecek notifikasi, dan self-talk yang melemahkan.
Self-talk itu kurang lebih seperti ini: “ah, emang lu bisa nulis begini?”, “ah, bisanya nulis doang lu?”, “ngapain sih jadi penulis?”, “nanti kalau hasilnya dikritik gimana?”.
Masih banyak lagi, menurut Dr. Ibrahim Elfiky dalam Terapi Berpikir Positif “kita berpikir 60.000 kali dalam sehari. 45.000 negatif dan 15.000 positif”.
Bisa kamu bayangkan, kita udah terlalu banyak berpikir negatif, mesti kita kendalikan. Bukan dikendalikan.
Makanya penting untuk banyak baca buku pengembangan diri tentang pengendalian diri (self-control), ya ini gunanya.
baca juga: Bagaimana Penulis Menciptakan Penghasilan Sepanjang Tahun? Kenali 5 Sumbernya!
Bisa mewaspadai apa yang sedang kita bicarakan kepada diri kita sendiri. Melemahkan atau memberi semangat?
Seberapa sering kamu mengecek notifikasi media sosial? Bukankah kamu sedang fokus menulis? Kenapa terus ingin mengecek notifikasi?
Segera bereskan gangguan internal ini, agar kamu bisa merilis buku dengan segera pula. Hancurkan segala hal yang membatasi dirimu.
Kamu bisa baca ebook Break The Limit: Lepaskan Segala Hambatan Menulismu. Download gratis!
Berbagai Macam Alasan untuk Menulis Buku
Semakin kuat alasan kamu untuk menulis, semakin tergerak untuk segera menuangkan kata demi kata apa yang kamu rasa.
Setidaknya kamu memiliki alasan selain alasan internal. Anggap aja kami mengetahui itu. Dorongan itu sangat kuat, lebih kuat dari keinginan apapun. Sehingga kamu ingin segera menulis setelah mengetahui caranya.
Buku adalah Kartu Nama
Keinginan kuat untuk menulis buku adalah tepat. Karena kamu tak perlu banyak bercerita tentang dirimu. Cukup tunjukkan saja buku yang kamu tulis.
Karena buku adalah kartu namamu, begitu kata Akbar Zainudin dalam Uktub! Bayangkan ketika kamu bisa menulis banyak buku. Kamu akan dianggap ahli dan pakar, karena kamu mampu menulis topik tertentu dengan spesifik.
Alasanmu semakin kuat tak terbendung, untuk segera menuliskan apa yang kamu ingin bagikan kepada dunia.
Menulis buku adalah Kepuasaan
Saat kamu menyelesaikan apa yang kamu tulis, kamu mulai membayangkan kepuasaan yang tiada tara. Kamu udah sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bobbi Deporter dalam Quantum Learning
“Percaya atau tidak, kita semua adalah penulis. Di suatu tempat di dalam diri setiap manusia ada jiwa unik yang berbakat yang mendapatkan kepuasan mendalam karena menceritakan suatu kisah, menerangkan bagaimana melakukan sesuatu, atau sekadar berbagi rasa dan pikiran.
Dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara; untuk mengomunikasikan pikiran dan pengalaman kita kepada orang lain; untuk, paling tidak, menunjukkan kepada mereka siapa kita.”
baca juga: Ebook Meracik Konten Viral hanya 4 x 25 Menit Saja!
Kerinduan jiwa kita untuk merasa bermanfaat dan berdampak bagi banyak orang. Kita sangat bahagia ketika karya kita bisa membuat oranglain bahagia.
Seperti misi Penulis, Joe Vitale, “saya ingin lebih banyak menyebarkan kebahagiaan ke pelosok dunia”. Bayangkan, bukunya benar-benar laris dan dicari oleh banyak orang, termasuk saya.
Selanjutnya kamu akan mengetahui betapa mudahnya menulis buku, bahkan tanpa gangguan sama sekali. Bayangkan betapa mudahnya kamu menulis buku.
Cara Mudah Menulis Buku
Selain kamu punya kebiasaan menulis yang militan, kemampuan membaca buku yang perlu diragukan lagi.
Kamu mesti menyusun ide-idemu agar semakin terstruktur, terlihat, terasa, seperti apa buku yang akan kamu tulis.
Cara mudah menulis buku adalah menggunakan mind map alias peta pikiran. Seperti kata Tony Buzan, penemu dari mind map “konsep mind map ini persis seperti jaringan yang ada dalam otak kita”.
Mungkin kamu pernah belajar membuatnya ya? Atau baru tau dari tulisan ini? Ah, itu nggak penting. Yang paling penting adalah kamu mengetahui cara menggunakan mind map ini untuk membuat gambaran besar dari menulis buku.
Kamu bisa amati peta pikiran yang saya gunakan untuk menulis buku UNSTOPPABLE: Tidak Ada yang Bisa Menghalangiku Masuk PKN STAN.
Walau saya bukan penggiat sekolah kedinasan, apalagi konsen menjadi PNS. Tapi saya bisa menulis buku itu. Kamu pun bisa!
Mari kita bedah buku ini, Saya membagi menjadi 4 bagian.
Pertama, How To.
Kebanyakan siswa yang lolos itu psikologisnya terjaga dari guncangan yang melemahkan, seperti ngerasa nggak bisa, nggak percaya diri, nggak pinter, bukan dari sekolah favorit, dan asumsi negatif lainnya tentang PKN STAN.
Juga bekal untuk menjadi mahasiswa, karena dunia perkuliahan cukup berbeda, makanya di sini saya membahas, bagaimana belajar yang efektif, strategi mengatur waktu, apalagi sistem DO di PKN STAN bikin tergerak mereka untuk belajar, lalu, bagaimana mengelola stres, dan masih banyak lagi.
Kedua, Story.
Setelah mereka dibekali pengetahun tentang diri mereka. Kini mereka menyimak kisah para pejuang PKN STAN yang luar biasa menginspirasi dan membumi.
Dimana saya mengambil dari kisah yang lulus ke PKN STAN yang mengikuti bimbel STAN, di tempat saya bekerja. Agar terbukti dan emang terbukti.
Ketiga, Info.
Setelah mereka makin mantap untuk masuk PKN STAN, mereka dibekali informasi perkuliahan di PKN STAN. Semua jurusan hingga UKM yang mereka akan ikuti.
Keempat, Latihan Soal.
Terakhir, latihan soal. Dimana ada paket soal yang bisa mereka kerjakan untuk latihan. Ada pun di buku itu ada flyer promosi untuk bimbel.
Setelah diriset, buku UNSTOPPABLE ini, buku pertama tentang motivasi untuk PKN STAN. Karena kebanyakan lebih menjual buku soal, tanpa menyuguhkan cerita yang bermuatan emosi.
Ya, karena buku itu tujuannya dibuat untuk promosi dan branding. Seperti buku Kece Tanpa Kere yang diterbitkan oleh Gramedia, padahal tujuan buku itu banyak yang membuka rekening permata. Mantap?
Cara Menulis Buku ala Impactful Writing
Dalam postingan Membuka 9 Pintu Rezeki dengan Menjadi Super Impactful Writer. Salah satu pintu rezekinya adalah menulis buku.
Kita belum bicara memasarkan ya? Milih major atau indie. Tenang, kamu akan dapetin info itu secara detail, jadi cukup tuntaskan bacaan ini. Hehe.
Karena nulis buku itu butuh “nafas” yang panjang, maka kamu butuh strategi. Selain kamu tadi udah tau salah satu caranya, yakni dengan membuat mind map.
Kini, kamu bisa manfaatkan pengetahuan impactful writing untuk menulis buku. Karena ketika kamu mengetahui formula impactful writing, mudah dalam menulis apapun, termasuk menulis buku.
Kamu bisa menulis perkonten, seperti kata Penulis senior di Indonesia, Andreas Harefa dalam Mengukir Kata Menata Kalimat mengatakan “aku menulis artikel saja, lalu mulai ku pilah-pilih, lalu kubukukan”.
Ya, emang nggak semua cara ini cocok untuk setiap Penulis. Tapi minimal cara ini terbukti. Seperti buku Richard Carslon dengan judul Jangan Membuat Masalah Kecil Menjadi Masalah Besar.
Bisa dibilang seperti artikel yang dibukukan, satu judul, satu tujuan, satu pesan. Tapi buku itu menjadi enak dibaca karena semuanya saling terhubung.
Itu pun saya lakukan untuk menerbit buku Bukan Sekadar Gaul. Saya membukukan apa yang udah saya posting di blog.
Saya tau, buku pertama itu nggak akan sebagus buku berikutnya, tapi buku selanjutnya tergantung dimana ia dimulai. Di awal, yaudah terbitin aja dulu. Hehe.
Saya pun berbagi di ebook 3 Langkah Mudah Menerbit Buku. Download aja gratis.
Beresin Dulu Dirimu, Mulai Menulis Buku Tanpa Gangguan
Gangguan internal dan eksternal udah diberesin, udah tau juga gimana cara bikin mind map untuk nulis buku, juga udah tau gimana cara membuat buku dengan ala impactful writing.
Lalu, tunggu apa lagi, mulai menulis buku sekarang juga! Jangan berpikir akan diterbitkan dimana, tapi yang penting #SelasaiAjaDulu woke?
Tapi ada satu hal yang ingin kami sampaikan untuk kamu, siapkah kamu?
Menulis Buku untuk Satu Orang
Ada pernyataan yang menarik dari penulis Austin Kleon, menulislah seolah-olah seperti engkau memberi hadiah untuk ke satu orang. Jangan menulis untuk banyak orang.
Karena itu akan membuat pembaca terkesan dan merasa spesial. Apa yang disampaikan oleh Austin ini menjadi relevan dan sangat relevan, karena sudah terbukti.
Joe Vitale penulis buku The Attractor Factor dan Guru The Secret. Bukunya laris dan terjual jutaan eksemplar berawal menulis buku The Attractor Factor itu untuk memberikan nasihat kepada sepupu perempuannya.
Karena dia ingin memberi nasihat bagaimana cara menarik uang. Karena kalau mengatakan langsung, nggak mungkin. Maka Joe, memutuskan untuk menuliskan buku untuk sepupunya. Alasannya, dengan melalui tulisan, ada waktu untuk berpikir.
Dan…
Hasilnya luar biasa tak terduga, banyak orang yang terbantu dari buku itu. Luar biasa. Mulailah hari ini menulis untuk satu orang, hadiahkan tulisan terbaik.
Penerbit Major VS Penerbit Indie
Penulis pemula yang ingin menerbitkan buku makin dipusingkan dengan pilihan, “Penerbit Major atau Penerbit Indie ya?”.
Namun, keduanya tetap bisa mendukung keinginanmu, menjadi kaya melalui tulisan. Bagaimana caranya? Baca sampe selesai ya?
Mari kita bedah…
Penerbit major, karena punya nama, mereka yang menentukan syarat dan ketentuan. Mau nggak mau kamu mesti mengikuti syarat dan ketentuan itu, mulai dari jumlah halaman, hingga genre yang kamu tulis lagi laris nggak di pasaran? Lagi dibutuhin nggak di pasaran?
Mengenai royalti, pada umumnya hanya 10% saja. Kalau kamu menjual bukumu seharga RP. 60.000,-, maka royalti yang kamu akan dapatkan Rp. 6.000,-.
Tapi bayangkan kalau buku itu terjual Rp. 1.000.000,- eksemplar? Ya, bisa kamu hitung sendiri ya?
Ada pun kalau buku yang kamu tulis itu, “gue banget” menurut Penerbit Major, mereka akan gencar melakukan promosi. Karena ini pun sangat berpengaruh ke pendapatan perusahaan.
Nah, bagaimana kalau buku kamu nggak gencar dipromosikan? Maka, kamu sendirilah, sebagai Penulis mesti mempromosikan buku sendiri.
Penting untuk punya personal blog, agar mereka yang ingin membeli bukumu, bisa langsung mendarat ke blogmu. Apakah kamu sudah punya keahlian memasarkan buku?
Ada pun perbedaan penerbit major dengan penerbit indie, ada di distribusinya. Major punya jaringan ya tersebar ke toko buku, indie? Belum tentu, kecuali ia punya jaringan untuk masuk ke jaringan toko buku.
Ada pun, penerbit indie memiliki database pembaca dan web toko online yang siap memasarkan bukumu.
Poin pentingnya adalah bagaimana bukumu bisa menjangkau luas calon pembaca dan mereka mau membeli bukumu, itu aja.
Mungkin ini yang membuat penerbit major dengan penerbit indie terasa perbedaannya bagai bumi dan langit. Apalagi kalau penerbit major dicari penulis, kalau penerbit indie mencari penulis.
Karena pendapatan penerbit indie salah satunya adalah biaya di awal menerbitkan buku.
Kalau major nggak ada biaya di awal, tapi royalti 10%. Kalau penerbit indie, royaltinya bisa lebih dari 10%.
Kembali tujuan kamu, misalnya ingin menjadi kaya melalui tulisan, keduanya tetap bisa mendukung. Tapi ada hal yang perlu kamu garis bawahi.
Mau major atau indie, yang paling penting adalah kemampuan kamu memasarkan bukumu, jangan pikir major hanya ngurusin buku kamu aja.
Emang mau udah nulis capek capek, tapi nggak laku?
Bagaimana Kalau Ditolak Penerbit Major?
Kalau kamu menunggu jawaban dari penerbit major selama 3 bulan lebih bahkan sampe 4 bulan belum ada jawaban, berarti naskah kamu ditolak.
Ada juga yang memberikan jawaban langsung ke penulis melalui email, atau mengirimkan balik naskah hardcopymu ke rumah.
Namun, yang jelas kamu ditolak. Terus mesti ngapain? Mesti berhenti nulis gitu? Ya, nggak dong. Masa ditolak gitu aja langsung melempem!
Karena subtansi penulis nggak akan hilang dan luntur, hanya karena ditolak oleh penerbit. Ingat itu ya!
Ada alternatif lain untuk bisa menerbitkan bukumu:
Pertama, mengirim ke penerbit yang sesuai dengan isi tulisan kamu. Karena nggak jarang penerbit punya ideologi dalam menerbitkan sebuah karya. Nah, pastikan bukumu bisa masuk ke ideologi mereka.
Dengan catatan hidupmu nggak digantungkan dari buku yang sedang kamu perjuangkan. Karena bisa nggak fokus kalau kamu nungguin buku itu terbit. Pastikan kamu udah punya dana cadangan atau kamu punya pekerjaan lain.
Kedua, kamu bisa menerbitkan lewat indie atau langsung terbitkan saja di google play books. Hanya butuh waktu untuk menunggu pendaftaran kamu diappove.
Ketiga, menerbitkan langsung dengan media ebook. Mungkin kamu agak menyeritkan dahi, tapi inilah yang kami lakukan menjual langsung ke pembaca dengan royalti 100%. Karena materinya banyak banget, kamu bisa pelajari di Penulispreneur.com.
Apakah Butuh Modal Besar Bila Melalui Penerbit Indie?
Mungkin kamu sendiri mulai tertarik dan melirik penerbit indie. Bayangkan, buku Workless Earnmore karya Tung Desem Waringin, diterbitkan secara indie.
Tetap laris, karena penulisnya punya dua: nama baik (branding) dan database. Itu aja. Soal mereka ngiklan di facebook ads dan instagram ads lebih ke teknis.
Tapi kamu mulai bertanya-tanya, kalau nerbitin buku di Penerbit Indie, butuh modal yang gede nggak?
Tergantung, gede di sini, masih relatif dan subjektif. Untuk pemula yang belum punya penghasilan, mungkin terbilang gede. Tapi, yang udah punya penghasilan (bukan dari menulis), terbilang nggak gede-gede banget.
Yang gede itu biaya cetaknya. Tapi sekarang ada sistem PO. Seperti yang pernah kami lakukan saat merilis Modul Mengemas Tulisan Jadi Penghasilan. Kami buka dulu, mulai rame, baru kami buat. Hehe.
Inget poin sebelumya? Yang paling penting adalah kemampuan memasarkan buku. Ketika kamu menguasai copywriting untuk menarik pembaca dan menjadi penasaran. Juga, content writing seni menulis yang enak dibaca. Perlu kamu kuasai juga.
Masa iya, penulis cuman jago nulis buku aja. Mesti jago nulis promosi untuk bukunya sendiri juga dong. Inget, penerbit major nggak ngurusin buku kamu doang, juga penerbit indie nggak melulu selalu mempromosikan buku kamu.
Bicara copywriting dan content writing, nggak perlu pusing, kamu bisa bergabung dengan para Penulis profesional lainnya di CertifiedImpactfulWriter.com.
Kami nggak ingin mengklaim yang terbaik, kalau kamu ingin keahlianmu naik drastis, kamu butuh yang praktis. Certifiedimpactfulwriter.com sangat praktis dan mudah sekali diaplikasikan.
Mau Ngejar Gengsi atau Penjualan?
“tapi, kak. Saya tetap ingin menembus penerbit major.”
Ya, terus berjuang sampe tembus, jangan nyerah saat ditolak. Kalau ada catatan terus perbaiki. Jangan diabaikan. Ingat Penulis itu Pembelajar. Terus beradaptasi dari berbagai umpan balik yang diterima.
Kalau kamu keukeuh (ngotot), apa motifnya? Kalau gengsi alias branding nama kamu, kejar sampe tembus. Kalau penghasilan, jangan berharap banyak.
Kamu ingat kan sebelumnya? Royaltinya yang tak besar dan tak ada jaminan bukumu dipromosikan secara habis-habisan?
Kalau ngejar penjualan, ya bisa menjual buku secara langsung ke pembaca. Ya, dengan penerbit indie tadi. Keluar modal sedikit, nggak apa-apa. Toh, itu ibarat umpan.
Apa mesti mahir memasarkan buku dulu, baru nerbitin buku indie? Nggak perlu, learning by doing aja. Itu jauh lebih cepat. Yang penting kamu menguasai dasar-dasarnya.
Seperti yang diajarkan di Penulispreneur.com, mulai dari mencari ide, mengemas tulisan jadi enak dibaca dan nyaman dibaca (layouting), hingga memasarkan. Lengkap banget, lebih dari sekadar panduan.
Alternatif Mendistribusikan Bukumu
Sebelum kamu melangkah lebih jauh untuk menerbitkan buku, ingatlah ini. Buku adalah media distribusi.
Jangan sampe karena penerbit menolakmu, terhambat karena nggak ada modal cetak, semua tulisanmu terhambat dan nggak terdistribusi dengan baik.
Ada media lain untuk mendistribukan tulisanmu hingga pembaca merasakan kenikmatan membaca tulisanmu.
Diantaranya ebook, panduan ini ada di sini. Content Premium seperti BillyBoen.com, juga seperti certifiedimpactfulwriter.com yang menggratiskan konten, tapi premium.
Atau konten yang kamu salurkan melalui email (seperti kirim.email), semuanya tetap bisa tersalurkan dengan menghasilkan.
Ini hanya alternatif untuk menghasilkan penghasilan dari tulisan. Semua kembali lagi ke pilihan dan tujuan kamu.
Kami tunggu karyamu ya!